Rishika Assomull, Menulis Riwayat Patron Seni Muka Kita – Rishika Assomull menciptakan karakter serta peperangan para artis gambar.
Dibalik pesatnya perkembangan seni muka modern sejak
dini kebebasan Indonesia terdapat kedudukan tersembunyi dari seseorang patron. gali77 Beliau jadi penopang para artis, tercantum sahabat dialog. Satu di antara patron yang lumayan berarti, Alexander Papadimitriou( 1924–2006),
seseorang blasteran Yunani serta Jepang- Jerman, yang lahir di Pulau Rimau, Sumatera Selatan.
Jejak Alex, panggilan Alexander Papadimitriou, saat ini terbongkar melalui suatu novel yang ditulis Rishika Assomull( 34) dengan cara lumayan menyeluruh. Novel bertajuk The Jakarta Salon: The Patronage of the Papadimitrious Shaping Modern Art in Indonesia itu diterbitkan Daftar pustaka Terkenal Gramedia dengan ditulis dalam 2 bahasa, Indonesia serta Inggris. Buku
ini dikeluarkan di Jakarta, Senin( 16 atau 6 atau 2025).
” Alex Papadimitriou seorang yang kecil batin alhasil kisahnya tidak banyak timbul di depan khalayak, tercantum di dalam penyusunan buku- buku,” ucap Rishika dikala peresmian bukunya.
Rishika antara 2013- 2024 berkerja di dasar lindungan gedung lelang serta pialang seni muka Sotheby’ s di New York, Amerika Sindikat, setelah itu beralih ke Singapore serta Hong Kong. Beliau jadi ahli lelang, deputy director, serta tua specialist seni muka modern.
Semenjak Maret 2024 sampai saat ini Rishika jadi Tua Director Villepin. Villepin, sesuatu industri di Hong Kong yang mengatur inisiatif penting dan menguatkan ikatan galeri dengan kolektor, keluarga owner buatan seni, dan lembaga- lembaga yang ikut serta dalam diskursus seni Asia.
Di tengah banyak aktivitas seperti itu Rishika melepaskan durasi selama 9 tahun terakhir buat menata novel The Jakarta Salon. Beliau merevisi penyusunan yang dimuat
( 21 atau 6 atau 2025), yang mengatakan lama kategorisasi novel itu sepanjang 7 tahun.
Rishika mengawali kategorisasi novel pada 2016, kala dalam sesuatu demonstrasi seni muka berjumpa dengan Caecilia Siem Tjing Nio( 1939–2022), istri Alex. Caecilia membagikan hak Eksklusif untuk Rishika buat menulis jejak serta riwayat Alex Papadimitriou.
Di selama durasi seperti itu beliau mengakulasi materi catatan serta surat- menyurat dengan para artis yang banyak ditaruh dengan apik oleh Alex. Beliau mewawancarai Caecilia serta kelima putranya, mencakup Dimitri, Andreas, Constantin, Georgius, serta Panagiotis Papadimitriou.
Para artis yang sempat berhubungan dengan Alex juga didatangi serta diwawancarai Rishika. Intensitas Rishika tercantum luar lazim.
Rishika lahir di Los Angeles, Amerika Sindikat, pada 13 Agustus 1991. Kedua ibu dan bapaknya berkewarganegaraan Indonesia dengan nenek moyang tiba dari Sindh semenjak 1864. Sindh ini julukan area dari British India, semenjak 1947 berganti jadi Pakistan.
Tidak berjarak lama di New York, Rishika dibawa kembali serta berdiam di Jakarta. Sepanjang dekat 18 tahun Rishika hidup di Jakarta. Beliau menempuh riset sampai SMA di Gandhi Memorial Intercontinental School.
Rishika sukses mencapai apresiasi IGCSE Brilliance Award for English Literature. Sesudah SMA Rishika mengutip 2 bidang kuliah, ialah Asal usul Keelokan serta Bidang usaha di Brandeis University, Waltham, MA, Amerika Sindikat. Di kampus itu Rishika pula mencapai Lerman Neubauer Fellowship.
Pada 2013, Rishika menulis disertasi bertajuk,” The Classical Depictions of Female Figures in Buddhist Gandharan Sculptures”. Catatan tesisnya ini memenangi apresiasi Rosalind W Levine dalam jenis penyusunan disertasi asal usul keelokan.
Aku dapat didiamkan berjam- jam buat melukis.
Rishika tidak meninggalkan pangkal adat- istiadat nenek moyangnya dari Sindh. Rishika jadi penggagas I Have Sindh, sesuatu cetak biru studi yang berkaitan dengan adat dan asal usul dari diaspora Hindu- Sindhi.
Menggambar
Era kecil Rishika dihabiskan di Jakarta. Dari era seperti itu Rishika hobi melukis serta semenjak itu Rishika menyayangi bumi gambar hingga saat ini.
” Orangtua aku amat suka sebab aku tidak sempat terpikat menyaksikan Televisi, namun cuma cuma mau krayon serta kertas buat melukis. Aku dapat didiamkan berjam- jam buat melukis,” ucap Rishika.
Kala dewasa dekat 6 ataupun 7 tahun, ibunya mengetahui jika Rishika mempunyai keahlian melukis. Ibunya memandang lukisan kepribadian animasi Rugrats yang terbuat Rishika dari ingatannya kala bersama keluarga di dikala makan malam di suatu restoran luang menyaksikan animasi itu.
” Kala aku sedang kecil, dikala berjalan dengan keluarga, bunda aku senantiasa bawa aku ke museum di semua bumi. Di rumah kita, bunda aku mempunyai coffee- table book mengenai seni serta adat di ruang pengunjung kita,” ucap Rishika.
Rishika kerap membuka novel itu. Di sana pula terdapat satu novel spesial mengenai seni modern Bali. Semenjak sedang kecil Rishika juga menekuni dengan cara mendalam seni modern Bali.
” Aku ingat sempat berangkat ke suatu demonstrasi bersama bunda kala aku berumur 12 tahun. Di sana aku berjumpa seseorang artis yang mengklaim kalau kepribadian di dalam lukisannya berawal dari angan- angan serta mimpinya sendiri,” ucap Rishika.
Aku amat jengkel dengan ini serta aku meringik keras pada bunda aku di galeri.
Rishika mengetahui kepribadian gambar yang diartikan artis mulanya kopian gambar ikonik Abdul Teragung, artis lain yang membuktikan seseorang anak muda memandang pergi dari bingkai buat memandang seseorang wanita belia.
” Aku amat jengkel dengan ini serta aku meringik keras pada bunda aku di galeri,” tutur Rishika.
Semenjak itu Rishika memandang berartinya keaslian artis dalam berkreasi. Beliau meneruskan minatnya buat mengenali seni gambar di Indonesia. Rishika memandang tindakan berani serta revolusioner di antara banyak artis Indonesia Era ke- 20, terpisah dari estetika Mooie Indie.
Aku besar hati memandang asal usul seni di Indonesia, negeri yang aku ucap’ my home’ ini.
” Sehabis aku berasosiasi dengan Sotheby’ s, aku menghabiskan durasi bertahun- tahun buat meningkatkan kemampuan seni Southeast Asia, tercantum Indonesia,” ucap Rishika.
Sehabis memandang banyak gambar yang jadi koleksi Alex Papadimitriou, Rishika menciptakan mengenai karakter serta peperangan para artis. Rishika merasa besar hati atas kegagahan para artis Indonesia itu.
” Aku besar hati memandang asal usul seni di Indonesia, negeri yang aku ucap’ my home’ ini,” ucap Rishika.
Riwayat
Di dalam novel The Jakarta Salon, Rishika mengawali dengan riwayat Alex yang penuh belokan. Alex anak tunggal dari bunda blasteran Jepang–Jerman bernama Gretchen Fisher, serta papa asal Yunani bernama Dimitri Papadimitriou.
Rishika menceritakan kelahiran Alex selaku bocah fantastis. Di petang hari 15 September 1924, Gretchen dalam kehamilan 7 bulan masuk ke dalam hutan di Pulau Rimau buat mencari Istri raja Malam. Istri raja Malam dipercayai hendak menampakkan diri bersamaan mekarnya bunga wijayakusuma yang cuma sedetik di malam hari.
Betul saja, Gretchen menciptakan bunga- bunga wijayakusuma bermekaran serta seakan mengepung dirinya. Gretchen merasakan kedatangan si Istri raja Malam, namun sedetik setelah itu kakinya terantuk seonggok pangkal tebal di tanah serta beliau terguling. Bocah di dalam kandungannya juga lahir di hutan itu. Seperti itu Alex, yang lahir prematur 7 bulan.
Perkembangan Alex dari durasi ke durasi dirinci Rishika. Kehidupan di era anak muda penuh belokan terimbas era Perang Bumi I serta II, yang awal mulanya mengenai kakeknya, Gustav Fisher. Gustav seseorang masyarakat Jerman yang membuka upaya perkebunan di Pulau Rimau. Kakeknya mengawini Towa Tanaka asal Jepang.
Alex berkembang bersama bunda, eyang, serta neneknya di Pulau Rimau. Bapaknya, Dimitri Papadimitriou, bermukim di Yunani sehabis mematahkan ibunya di dikala Alex sedang anak bayi. Pernikahan mereka tidak disetujui eyang dari pihak papa. Alex juga berkembang jadi anak blasteran yang kilat menyesuaikan diri dengan keahlian bermacam bahasa asing.
Pada 10 Mei 1940, Angkatan Bumi Jerman merangsek maju mendekati Perancis dengan melampaui negara- negara adil, semacam Belgia, Belanda, serta Luksemburg. Sebab perluasan itu Belanda bereaksi, di antara lain menginstruksikan penahanan untuk banyak orang Jerman yang bermukim di area koloninya.
Gustav di Pulau Rimau dibekuk. Alex tiba umur 16 tahun serta cuma dapat memandang penahanan kakeknya oleh angkatan kolonial Belanda dari kejauhan.
Pada 8 Desember 1942, satu hari sehabis Pearl Harbour diserbu Jepang, Alex bersama bunda serta neneknya dibekuk pula oleh Belanda. Lika- liku hidup Alex bersinambung sedang jauh.
Pada era pendudukan Jepang, Alex jadi calo angkatan Jepang serta Jerman berkah kemampuannya berbicara Jepang serta Jerman. Kondisi berganti kala Indonesia memproklamasikan kebebasan pada 17 Agustus 1945.
Kala itu angkatan Belanda masuk balik ke Jakarta. Alex dikira selaku kolega Jepang serta jadi pribadi non grata, sampai beliau menyudahi menemui bapaknya di Yunani.
Eyang dari pihak papa ini nyatanya seseorang kolektor barang seni, paling utama gambar serta arca. Asian, kakeknya mendesak Alex meningkatkan atensi di aspek seni serta Alex dapat mengikutinya dengan bagus.
Titik awal
Yunani juga masuk kancah bentrokan. Orang belia sama tua Alex dimohon menjajaki harus tentara sepanjang 2 tahun. Alex berupaya menjauhi serta berangkat ke Brasil pada 1947. Inilah titik dini untuk Alex dalam meningkatkan atensi kepada seni gambar.
Pada 1953, kala Indonesia membuka ikatan diplomatik dengan Brasil, Alex melamar profesi. Beliau diperoleh jadi Konsul Martabat Republik Indonesia di Sao Paulo. Berbarengan pada 1953 diadakan biennial seni muka global kedua. Kepala negara Sukarno menginstruksikan artis Indonesia ikut dan.
Jika kita mengatakan Kepala negara Sukarno selaku patron seni muka yang awal, Alex Papadimitriou selaku patron kedua.
Delegasi Besar Indonesia buat Brasil, Sujono, menginstruksikan Alex buat menanggulangi ini. Kesimpulannya, Alex memajang 47 gambar yang dikirim 27 artis Indonesia. Para seniman
diwakili Affandi, Kusnadi, serta Solihin, muncul di Brasil. Dari sinilah sesi terkini kehidupan Alex menjalakan pertemanan dengan para artis Indonesia sampai bersinambung ke Tanah Air sampai akhir hayatnya. Alex tidak cuma semata- mata jadi kolektor buatan para artis. Rishika mengatakan Alex selaku patron kedua untuk bumi seni muka kita.
” Jika kita mengatakan Kepala negara Sukarno selaku patron seni muka yang awal, Alex Papadimitriou selaku patron kedua,” ucap Rishika.
Di novel itu Rishika menorehkan, di Jalan Pasuruan Nomor 3, Menteng, Jakarta, selaku rumah bermukim Alex, sekalian tempat berjumpa serta bertukar pikiran dengan para artis. Rumah inilah yang diucap selaku The Jakarta Salon, merujuk sebutan dari Perancis mengenai tempat yang dijadikan ruang dialog bersama.
Rishika Assomull
Tempat serta bertepatan pada lahir: Los Angeles, Amerika Sindikat, 1991.
Pembelajaran:
Bidang Asal usul Keelokan serta Bidang usaha di Brandeis University, Waltham, MA, Amerika Sindikat, 2019- 2013.
Riset Asal usul Eropa di Danish Institute for Study Abroad, Copenhagen, Denmark, 2012.
Gandhi Memorial Intercontinental School, Jakarta, Indonesia, 1996- 2009.
Apresiasi:
The Sothebys Spotlight Employee Recognition Program, Sotheby’ s, July 2024.
Rosalind W. Levine Prize, Brandeis University, 2013.
Magna Cum Laude, Brandeis University, 2013.
Lerman Neubauer Fellowship, Brandeis University, 2009.
Pengalaman kegiatan:
Tua Director Villepin di Hong Kong, Maret 2024–sekarang.
Ahli Lelang serta Deputy Director untuk
Asia
Tua Specialist Modern Art Sotheby’ s Hong Kong, Agustus 2023–November 2024.