Anisimova dan Swiatek ke Final Wimbledon Akan Lahirkan Juara Baru – Amanda Anisimova melanjutkan kisah comeback.
Sejak berakhirnya babak ketiga, Wimbledon 2025 gali77 sudah memastikan akan melahirkan juara baru pada sektor tunggal putri. Kini, calon juara mengerucut ke Amanda Anisimova dan Iga Swiatek yang berhasil melaju ke partai puncak turnamen Grand Slam tersebut.
Amanda Anisimova melanjutkan kisah comeback-nya dengan melaju ke final Wimbledon untuk pertama kali dalam kariernya. Caranya meraih tiket ke partai puncak pun mengagumkan. Anisimova mengalahkan petenis peringkat satu dunia, Aryna Sabalenka, dengan skor 6-4, 4-6, 6-4 di All England Club, London, Kamis (11/7/2025).
Lebih dari dua tahun lalu, Anisimova memutuskan untuk beristirahat dari tenis karena kelelahan secara mental. Setahun yang lalu, saat sedang berusaha kembali ke dunia tenis, petenis Amerika Serikat ini kalah ketika harus melewati babak kualifikasi Wimbledon.
Anisimova tak bisa masuk ke babak utama secara otomatis karena peringkatnya saat itu, 189, terlalu rendah. Untuk lolos tanpa kualifikasi ke Wimbledon, petenis harus berada di peringkat lebih tinggi dari 104 dunia pada sekitar enam minggu sebelum turnamen.
Kini, Anisimova mencapai babak final Wimbledon untuk pertama kalinya, yang juga menandai momen perdananya mencapai babak final turnamen Grand Slam. Pencapaian terbaik petenis berusia 23 tahun ini sebelumnya adalah semifinal di Perancis Terbuka 2019.
Ini terasa tidak nyata sekarang,” kata Anisimova setelah mengakhiri pertandingan yang berlangsung selama 2 jam 36 menit dengan pukulan forehand winner pada match point keempatnya. “Saya benar-benar kesulitan di pertandingan. Saya tidak tahu bagaimana saya bisa menang.”
“Jika Anda bilang saya akan mencapai final Wimbledon, saya tidak akan percaya. Setidaknya tidak secepat ini, karena sudah setahun sejak kembali dan berada di posisi ini, sungguh tidak mudah. Sejujurnya, bisa mencapai final sungguh tak terlukiskan,” tutur Anisimova.
Sejak Mei hingga akhir 2023, Anisimova memutuskan beristirahat bertanding karena tak bisa mengatasi tekanan hingga mengalami gangguan kesehatan mental. Dia baru kembali pada 2024 dengan pencapaian terbaik final WTA 1000 Kanada.
Adapun bagi Sabalenka, kekalahan ini mencegahnya menjadi petenis putri pertama yang mencapai empat final Grand Slam berturut-turut sejak Serena Williams memenangkan empat trofi utama beruntun satu dekade lalu. Sabalenka absen di Wimbledon tahun lalu karena cedera bahu, kemudian memenangkan AS Terbuka pada bulan September untuk meraih gelar Grand Slam ketiganya.
Sabalenka dan Anisimova saling beradu pukulan keras dan teriakan kencang. Sabalenka memukul bola dengan kecepatan mencapai 120 mil per jam, Anisimova 112 mil per jam. Mereka mengakhiri poin dengan cepat berkat agresivitas pukulan pertama.
Pertukaran poin rata-rata berakhir hanya setelah tiga pukulan. Pada akhirnya, 167 dari total 214 poin berlangsung kurang dari lima pukulan, dan hanya tujuh yang berisi sembilan pukulan atau lebih.
Pada final Sabtu (12/7/2025), Anisimova akan menghadapi Iga Swiatek, yang merupakan juara lima kali turnamen mayor. Bagi Swiatek, ini juga akan menjadi final Wimbledon pertamanya yang diraih berkat kemenangan 6-2, 6-0 atas Belinda Bencic.
Swiatek tampil dominan sepanjang pertandingan dan memastikan kemenangan dalam 71 menit dengan servis berkecepatan hingga 119 mil per jam dan pukulan winner dua kali lebih banyak, 26, dibandingkan kesalahan sendiri, 23. Hal ini menunjukkan ternyata Swiatek bisa bermain dengan baik di lapangan rumput.
“Tenis terus mengejutkan saya. Saya pikir saya telah melewati segalanya, meskipun saya masih muda. Saya pikir saya telah mengalami segalanya di lapangan. Tapi saya tidak merasakan bermain bagus di lapangan rumput. Ini baru pertama kalinya,” tutur Swiatek.
Lapangan rumput merupakan tantangan terbesar Swiatek, berbeda dengan lapangan jenis lainnya. Swiatek memiliki rekor lima kemenangan dari lima final turnamen besar, empat di antaranya di lapangan tanah liat Perancia Terbuka dan satu kali di lapangan keras AS Terbuka. Namun, di Wimbledon, pencapaian terbaiknya sebelum ini adalah perempat final.
Pemenang laga final akan menjadi juara baru tunggal putri Wimbledon. Lahirnya juara baru di Wimbledon sebenarnya sudah bisa dipastikan sejak berakhirnya babak ketiga setelah mantan juara Wimbledon sudah berguguran di babak awal.
Juara Wimbledon 2024, Barbora Krejcikova, tersingkir pada babak ketiga setelah kalah dari petenis Amerika Serikat, Emma Navarro. Adapun juara edisi 2023, Marketa Vondrousova, sudah kalah pada babak kedua oleh andalan tuan rumah, Emma Raducanu. Sementara itu, juara Wimbledon 2022, Elena Rybakina, kalah pada babak ketiga dari petenis Denmark, Clara Tauson.
Mereka adalah tiga mantan juara yang tersisa yang masih aktif bermain tenis secara profesional. Lima mantan juara lainnya, Ashleigh Barty (Wimbledon 2021), Simona Halep (2019), Angelique Kerber (2018), Garbine Muguruza (2017), Serena Williams (2016), sudah pensiun.
Sejak 2016, ketika Serena terakhir kalinya menjuarai Wimbledon, juara tunggal putri berganti setiap tahun. Dalam delapan penyelenggaraan pada 2016-2024, delapan juara berbeda lahir. Sejak Serena juara pada 2015 dan 2016, tak ada tunggal putri yang bisa mempertahankan gelar atau juara lebih dari satu kali di Wimbledon. (AP)
Turnamen Wimbledon 2025 akan mencatat sejarah baru. Dua petenis muda yang tengah naik daun, Amanda Anisimova dari Amerika Serikat dan Iga Swiatek dari Polandia, berhasil menembus babak final, memastikan bahwa turnamen tahun ini akan melahirkan juara Wimbledon yang belum pernah mencicipi gelar tersebut sebelumnya.
Keduanya tampil impresif di semifinal yang digelar di Centre Court, Kamis malam waktu London, memperlihatkan determinasi dan kualitas permainan kelas dunia. Final ini akan menjadi momen bersejarah bukan hanya bagi kedua petenis, tetapi juga bagi dunia tenis wanita yang tengah mengalami transisi dari dominasi generasi lama ke wajah-wajah baru.
Lolos Tanpa Ampun
Amanda Anisimova, petenis berusia 23 tahun, tampil gemilang saat menumbangkan unggulan ketiga Aryna Sabalenka dalam dua set langsung, 6-4, 7-6(5). Permainannya yang agresif dari baseline dan kemampuannya untuk bertahan dalam reli-reli panjang menjadi kunci kemenangan.
“Saya masih tidak percaya,” ujar Anisimova setelah pertandingan. “Bertahun-tahun saya menonton Wimbledon di TV, bermimpi berada di final. Kini saya benar-benar akan bermain di sana. Ini luar biasa.”
Anisimova, yang sempat absen dari beberapa turnamen besar karena cedera dan persoalan pribadi pada tahun-tahun sebelumnya, kini menunjukkan kematangan emosional dan strategi yang lebih rapi. Kemenangan di semifinal ini adalah penegasan bahwa ia telah kembali ke performa terbaiknya.
Sementara itu, Iga Swiatek, unggulan pertama dunia, berhasil melewati hadangan berat dari Elena Rybakina dalam pertandingan tiga set yang mendebarkan: 6-3, 4-6, 6-4. Swiatek yang dikenal dengan pukulan topspin khasnya dan mobilitas luar biasa di lapangan tanah liat, kali ini mampu menunjukkan adaptasi sempurna di permukaan rumput Wimbledon.
“Saya tahu banyak orang meragukan kemampuan saya di rumput,” kata Swiatek dalam konferensi pers usai laga. “Tapi saya bekerja sangat keras bersama tim saya untuk memperbaiki permainan saya di lapangan cepat. Dan hasilnya adalah tiket ke final Wimbledon.”
Final Impian
Pertarungan antara Anisimova dan Swiatek diprediksi akan berlangsung ketat dan menegangkan. Kedua pemain pernah bertemu lima kali di turnamen WTA sebelumnya, dengan rekor head-to-head sejauh ini 3-2 untuk Swiatek. Namun, pertemuan mereka di Grand Slam selalu berjalan penuh drama dan ketegangan.
Wimbledon kali ini akan menjadi ajang Grand Slam pertama bagi keduanya di mana mereka bertemu dalam final. Anisimova sebelumnya mencapai semifinal French Open 2019, sementara Swiatek sudah mengoleksi lima gelar Grand Slam, termasuk tiga di Roland Garros dan satu di US Open, namun belum pernah menjuarai Wimbledon.
Pertandingan ini juga menjadi simbol dari transisi generasi dalam tenis wanita. Dengan absennya nama-nama besar seperti Serena Williams, Simona Halep, dan Petra Kvitova, serta menurunnya performa beberapa unggulan, turnamen tahun ini menjadi panggung bagi bintang-bintang muda.
“Tenis wanita sedang memasuki era baru,” kata mantan petenis profesional dan komentator ESPN, Chris Evert. “Swiatek dan Anisimova adalah dua contoh nyata bagaimana generasi muda siap mengambil alih.”
Tekanan dan Harapan
Meski sama-sama muda, Swiatek dan Anisimova memiliki pengalaman yang berbeda dalam menangani tekanan turnamen besar. Swiatek, dengan status sebagai petenis nomor satu dunia dan langganan semifinal Grand Slam, memiliki keunggulan dalam hal pengalaman di panggung besar. Namun, Anisimova dikenal sebagai pemain yang tak mudah goyah di bawah tekanan dan punya catatan bagus melawan pemain unggulan.
“Saya tahu banyak yang menaruh harapan pada saya karena ranking saya,” ucap Swiatek. “Tapi saya belajar untuk tidak terlalu memikirkan ekspektasi itu. Fokus saya adalah menikmati permainan dan memberikan yang terbaik.”
Sebaliknya, Anisimova justru merasa tak memiliki beban. “Saya datang ke Wimbledon tahun ini hanya dengan satu tujuan: bermain tanpa rasa takut. Dan itu yang saya lakukan. Saya menikmati setiap pukulan, dan itu membuat saya bermain lebih lepas.”
Dampak bagi Dunia Tenis
Final Wimbledon 2025 ini dipastikan akan menjadi sajian menarik tidak hanya bagi penggemar tenis, tetapi juga bagi industri olahraga secara keseluruhan. Pertandingan antara dua rising star ini dinilai akan meningkatkan minat generasi muda terhadap tenis.
Banyak analis melihat bahwa kesuksesan Swiatek dan Anisimova membuka peluang besar untuk menjangkau pasar baru, terutama di kalangan penonton muda yang mencari ikon baru dalam olahraga. Di media sosial, tagar #AnisimovaVsSwiatek sudah mulai menjadi trending topic di Twitter dan TikTok, dengan jutaan warganet membahas prediksi pertandingan dan momen-momen terbaik dari semifinal.
Jadwal dan Antisipasi
Final tunggal putri Wimbledon 2025 akan digelar pada Sabtu, 12 Juli pukul 14.00 waktu London, atau pukul 20.00 WIB. Tiket sudah ludes terjual dalam hitungan menit, dan diperkirakan ratusan juta penonton akan menyaksikan pertandingan ini secara langsung di seluruh dunia.
Pihak penyelenggara All England Club menyatakan bahwa keamanan dan kenyamanan penonton menjadi prioritas, mengingat tingginya antusiasme publik. “Kami siap menghadirkan final yang tak terlupakan,” ujar Richard Lewis, direktur turnamen Wimbledon.
Penutup
Apa pun hasil final nanti, satu hal sudah pasti: Wimbledon 2025 akan menobatkan ratu baru. Baik Amanda Anisimova maupun Iga Swiatek akan mencatatkan sejarah pribadi dan menorehkan namanya di daftar juara salah satu turnamen paling bergengsi dalam dunia tenis.
Pertarungan mereka bukan hanya tentang gelar, tetapi juga tentang semangat baru, era baru, dan harapan baru bagi olahraga yang terus mencari wajah-wajah segar untuk menjadi panutan.