Menjelajahi Kehebohan Padang pasir Pasir Di Selatan Yogyakarta – DI Yogyakarta tidak sempat kehilangan energi raih buat menggoda turis.
Mesin jip lawas berpenggerak 4 cakra itu melolong keras dikala melibas suatu punggung busut pasir. Badan juga berguncang- guncang, menjajaki pergerakan Jimny lansiran 1984 yang sudah dimodifikasi jadi alat transportasi terbuka itu. Wuhuuu!
Sesampainya di pucuk busut, uraikan alam kolam Padang pasir Padang pasir terhampar. Pasir bercorak keabuan diselilingi semak- semak hijau jadi panorama alam penting.
” Di sana lazim pula digunakan turis buat sandboarding( selancar pasir). Saat ini sandboarding lagi hening sebab pasirnya kurang baik jika masa hujan demikian ini,” ucap Johan( 36), juru mudi jip darmawisata yang Kompas tumpangi, Rabu( 18 atau 12 atau 2024) siang.
Sejenak, panorama alam dari ujung ini tidak terasa semacam di Indonesia. Sementara itu, tempat ini cuma terkait dekat 30 km arah selatan pusat Kota Yogyakarta.
Ini merupakan Gumuk Pasir Parangtritis di Dusun Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Posisinya berdampingan dengan obyek darmawisata tepi laut sangat terkenal di DIY, ialah Tepi laut Parangtritis.
Gumuk pasir ini pula sering diucap Gumuk Pasir Parangkusumo, cocok dengan julukan desa di dekat gumuk itu. Keseluruhan besar alam inti gumuk pasir menggapai 141 hektar.
Dwi Sri Wahyuningsih dkk dalam novel” Memahami Gumuk Pasir Parangtritis Lebih Dekat” cetakan Tubuh Data Geospasial( 2018) menarangkan, gumuk pasir di Parangtritis tercipta dari pasir hasil dentuman Gunung Merapi. Pasir itu dialirkan ke tepi laut selatan DIY lewat 2 bengawan besar, ialah Opak serta Progo.
Tetapi, cuma material yang berdimensi amat kecil yang hingga ke tepi laut selatan. Butiran pasir yang terendapkan di tepi laut itu setelah itu mengering serta terbawa angin ke darat.
Butiran pasir terhalang oleh belukar serta penghalang lain alhasil membuat bukit kecil yang diucap gumuk pasir. Salah satu jenis gumuk pasir yang terdapat di Parangtritis merupakan Barkhan. Gumuk jenis ini ialah bukit kecil yang berupa bulan sabit.
Bulan sabit
Puas menikmati atmosfer dari ketinggian, Johan bawa kita menuruni busut. Bantingan setirnya gesit, menapaki celah- celah kecil antara belukar semak serta tumbuhan buas yang berkembang di sekitar rute” offroad” itu.
Sesekali, gas ia pijak dalam- dalam sembari berbelok runcing, seakan lagi berlomba- lomba dalam Reli Dakar. Adrenalin juga terkocok- kocok dalam aksi itu. Nikmat!
Di suatu posisi, Johan balik menyudahi. Ia menunjuk tumbuhan melempar yang menjulang seorang diri di cekungan gumuk.” Jika hujan besar serta lama, cekungan itu terisi air jadi semacam oase. Tumbuhan lontarnya benar berdiri di tengah- tengah air, jadi baik buat potret- potret,” ucapnya.
Seingat Johan, hujan besar terakhir yang menghasilkan oase itu terjalin pada 2019. Tergambar kian syahdunya panorama alam dalam skrip itu, terlebih dikala mentari terbenam.
Petualangan menjelajahi gumuk pasir juga bersinambung. Di selama ekspedisi, Johan menggambarkan bermacam tipe tumbuhan yang terdapat di ekosistem itu. Bertepatan, ia pula ialah aktivis area lokal sekalian salah satu inisiator pariwisata Gumuk Pasir Parangtritis.
” Terdapat 2 tipe tumbuhan penting yang banyak berkembang di mari, ialah suket gulung serta widuri. Suket gulung semacam rumput jika widuri tumbuhan yang bunganya bercorak ungu,” ucapnya.
Di luar itu, beberapa tumbuhan lain pula hidup, bagus yang ditanam ataupun berkembang buas. Salah satunya merupakan marogan, tumbuhan belukar yang wujud buahnya mendekati cermai dengan rasa semacam markisa.
Hutan cemara
Bagian terakhir arah bawa ekspedisi ke gradasi berlainan. Jip merambah” hutan” pinus udang di pinggir tepi laut. Pohon- pohon itu membuat suasana sekitar jadi rimbun, kontras dengan atmosfer padang pasir yang terkini saja dilewati.
” Pohon- pohon pinus ini ditanam penguasa pada tahun 2008. Ini buat prediksi musibah tsunami serta mencegah areal pertanian di dekat pantai,” tutur Johan.
Sehabis melampaui hutan pinus, jip berbelok ke Tepi laut Tall Wolu. Tepi laut berpasir kehitaman ini sedang satu barisan dengan Tepi laut Parangtritis di sisi timurnya.
Deburan aliran serta angin dari Samudra Hindia jadi penutup sempurna ekspedisi saat sebelum balik berbelok ke titik dini di Parangkusumo. Keseluruhan trip gumuk pasir dengan jip darmawisata itu menyantap durasi dekat satu jam.
Dwi Saputro( 43), turis asal Jakarta yang siang itu pula menjelajahi gumuk pasir dengan jip darmawisata, berterus terang suka dengan pengalaman itu. Ia mengenali data pertanyaan darmawisata Gumuk Pasir Parangtritis dari alat sosial.
” Aku jadi penasaran pengin coba. Bertepatan cocok saat ini lagi liburan sekolah serta dapat membujuk keluarga. Asyik!” ucap Dwi yang tiba bersama istri serta kedua buah hatinya.
Bagi ia, gumuk pasir ini jadi bonus pementasan darmawisata yang menarik di Yogyakarta. Ia pula berencana mendatangi beberapa destinasi di Kabupaten Gunungkidul sepanjang sepekan liburan ini.
Johan menarangkan, tidak hanya jip darmawisata serta sandboarding, wisatawan bisa carter alat transportasi all- terrain vehicle( ATV) buat menjelajahi gumuk pasir.” Terdapat pula darmawisata paramotor, tetapi itu tidak tiap dikala ada sebab tergantung terdapat ataupun tidaknya angin,” ucapnya.
Bayaran jip darmawisata berkisar Rp 400. 000 buat arah jelajah tepi laut serta Rp 550. 000 buat arah jelajah gumuk pasir. Satu jip maksimum bawa 4 penumpang. Ada pula ATV dihargai Rp 75. 000 buat versi juru mudi tunggal serta Rp 125. 000 buat versi 2 orang. Bayaran itu buat konsumsi sepanjang 30 menit.
Sedangkan sandboarding bisa dinikmati dengan bayaran carter Rp 100. 000 per kediaman. Sedangkan paramotor mematok bayaran berkisar Rp 650. 000- Rp 850. 000 per orang.
Usaha pelanggengan juga dicoba penguasa dengan menganjurkan kenaikan status Gumuk Pasir Parangtritis jadi area geopark nasional. Ini salah satunya dipicu kesedihan atas bertambah menurunnya luasan serta besar gumuk pasir dampak bermacam aspek.
Status proteksi yang lebih kokoh diharapkan bisa mensupport keberlanjutan uraikan alam istimewa itu di era depan, tercantum mungkin penyucihamaan kegiatan di alam inti.” Dikala ini sedang era peralihan. Kita hendak turut konsep penyusunan dari penguasa,” cakap Johan.